Pendengar Yang Baik Dan Cara Menjadi Lebih Baik Lagi
Pendengar yang baik itu telah ada pada diri Anda sejak kecil.
Awal mula kita belajar segala sesuatu pasti lewat mendengar. Kita belajar mengenal suara ibu dan ayah juga lewat mendengar.
Saat seluruh indra lain belum sempurna bekerja, pendengaran kitalah yang berperan.
Bahkan katanya, kita sudah bisa mendengar detak jantung kita sendiri dan merespon suara ibu dan ayah dengan gerakan tertentu saat kita masih di kandungan.
Beranjak dewasa kemampuan mendengar kita tetap berfungsi, tetapi ketrampilan mendengarkan semakin berkurang.
Kita sudah tidak melatihnya lagi. Coba kita ingat lagi apakah dulu ada pelajaran mendengarkan di sekolah?
Iya ada saat pelajaran bahasa inggris. Selain mata pelajaran itu rasanya tidak ada lagi.
Waktu belajar kita menjadi lebih banyak dihabiskan untuk membaca dan menulis. Ketrampilan mendengarkan tidak lagi dilatih dan digunakan.
Tidak tahu di zaman sekarang ya. Latihan bagaimana mendengarkan orang lain mungkin sudah mulai diajarkan.
Hal ini juga diperkuat oleh Julian Treasure, seorang international presenter, yang menegaskan perihal hilangnya kemampuan mendengarkan itu dalam suatu presentasinya di Ted.
Julian bilang bahwa kita memberikan 60% waktu komunikasi kita untuk mendengarkan, tetapi hanya 25% nya saja dari apa yang kita dengar itu kita ingat.
Penyebab dari hilangnya kemampuan itu menurut Julian salah satunya disebabkan oleh semakin bisingnya dunia sehingga membuat setiap orang menjadi tidak sabar, maunya cepat-cepat dan kurang sensitif.
Padahal kemampuan mendengarkan merupakan syarat bagi seseorang untuk mengerti dan saling memahami satu sama lain.
Persoalan apapun dan dimanapun itu semua akan terselesaikan bila kita mau mendengarkan.
Masih ingat dengan pesan Carlos Ghosn? CEO Renault Nissan aliansi? Apa beliau bilang? Anda bukanlah pemimpin yang baik kalau tidak bisa mendengarkan.
Mendengarkan dengan Lebih Baik
Lalu bagaimana mengembalikan kemampuan mendengarkan itu?
Julian Treasure, yang juga seorang ahli dalam penerapan suara untuk kebaikan bisnis, memberikan beberapa latihan berikut.
Latihan ini bisa Anda praktekkan agar kemampuan mendengarkan Anda menjadi lebih baik.
1. Diamlah untuk beberapa saat
Dengan diam, kita menjadi lebih sensitif terhadap sekitar kita.
Berbahagialah bagi Anda yang sering Sholat karena dalam sholat kita melatih untuk diam bukan?
Beberapa teman lain mungkin ada yang bermeditasi.
Namun, Julian Cuma mensyaratkan kita untuk diam beberapa menit saja sebagai latihan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan kita.
2. Mendengarkan beberapa suara
Misalnya saat Anda sedang di cafe dan menikmati minum kopi sambil kumpul sama beberapa teman.
Coba identifikasi dan dengarkan beberapa saluran suara seperti suara mesin kopi, suara kran air, suara deruman mesin pencampur susu.
Anda pun dapat melakukannya di tempat lain, misalnya di Pantai.
Coba dengarkan suara burung, deburan ombak, semilir angin dan sebagainya. Latihan seperti ini akan membuat kita menjadi lebih sensitif.
3. Menikmati suara-suara yang Anda tidak suka
Anda pasti tidak suka suaran bising mesin, tetapi Julian menyarankan agar Anda menikmati suara bising tersebut.
Contoh, disebelah rumah saya, tetangga sedang bangun rumah.
Suara Molen, mesin pengaduk semen, cukup bising di pagi hari. Coba saja dinikmati karena sesungguhnya ada irama tertentu di suara tersebut yang bisa kita nikmati.
4. Mengubah posisi mendengarkan Anda
Ubahlah posisi mendengarkan Anda. Anda akan lebih menyadari dan meningkatkan sensitifitas Anda dengan mengubah posisi mendengarkan Anda.
5. Mendengar dengan RASA
Anda harus mulai mempraktekkan mendengar dengan RASA di setiap kesempatan.
RASA merupakan singkatan dari kata Receive, Appreciate , Summarize, Ask. (menerima, menghargai, meringkas dan bertanya).
Praktekkan selalu dalam setiap kesempatan maka Anda mampu menjadi seorang pendengar yang baik. Sayangnya, Julian tidak detail menjelaskan tentang RASA dalam presentasinya.
Mendengarkan Dengan Aktif
Teknik RASA sesungguhnya adalah teknik mendengarkan aktif. Teknik mendengar aktif ini merupakan teknik tertinggi dalam mendengarkan.
Kita tidak sekedar mendengarkan untuk mencari ide-ide utama saja.
Kita tidak sekedar mendengarkan untuk cepat-cepat saja. Dan, kita tidak sekedar mendengarkan dengan pikiran kita asyik sendiri memikirkan hal lain.
Mendengarkan secara aktif berarti kita mendengarkan untuk merasakan dan menangkap seluruh pesan tersurat maupun tersirat dari si pembicara.
Pada gilirannya, si pembicara pun dapat merasakannya bahwa Anda memang mendengarkannya.
Dalam percakapan dengan orang baru, teknik ini sangat efektif untuk membuat Anda cepat akrab.
Ada 4 hal yang harus Anda lakukan saat mendengarkan agar Anda menjadi pendengar aktif dan mampu menangkap pesan dengan baik.
Ini hasil intisari dari beberapa kajian perihal mendengarkan secara aktif tersebut:
1. Berikan Perhatian
Lepaskan semua beban Anda. Beban pikiran, pekerjaan, kasak kusuk masalah di hati dan perasaan Anda.
Bebaskanlah. Anda siap untuk mendengarkan sekarang. Batasi juga semua gangguan dari luar karena Anda sedang akan mendengarkan.
2. Berikan Penghargaan
Show that you listen. Senyum, raut wajah natural, anggukan kepala dan bahasa tubuh lainnya yang menunjukkan bahwa Anda sedang memperhatikan tampilkanlah.
Diam mendengarkan dan tidak buru-buru menginterupsi juga harus Anda lakukan.
Sekedar membuat catatan singkat juga sangat berguna tentunya untuk menunjukkan perhargaan pada pembicara bahwa Anda mendengarkan.
3. Berikan Pernyataan
Anda harus membuat pikiran Anda aktif untuk mendengarkan dan tidak lari kemana-mana.
Membuat pernyataan akan sangat membantu agar pikiran tidak asyik sendiri dengan hal lainnya.
Visualkan kalimat pembicara dalam pikiran Anda kemudian nyatakan dengan berkata oke, setuju, iya, ooo.. atau sekedar mengulang kata-kata tertentu dari pembicara merupakan pernyataan atensi buat si pembicara sekaligus menjaga Anda tetap fokus.
4. Berikan Pertanyaan
Umpan balik itu perlu sebagai perwujudan bahwa kita memang mendengarkan.
Anda bisa saja keliru dalam menangkap pesan bila tidak melakukan klarifikasi dan konfirmasi.
Pertanyaan-pertanyaan singkat kepada pembicara akan memastikan pemahaman Anda.
Demikian para sahabat semua.
Ilmu ini menjawab kenapa saya kok sering tidak mengikuti apa yang sedang dibicarakan dalam sebuah diskusi atau rapat kantor.
Ternyata memang karena pikiran ini kadang asyik sendiri dan tidak fokus.
Silahkan bila mungkin ada yang mau menambahkannya?
Photo credit: Pixabay