Lontong isi Ayam Doa Ibu Buat Anak Tercinta
Lontong isi ayam buatan Almarhum ibu sedap sekali.
Tak terasa sudah berbilang tahun lulus kuliah dan kenangan dimana Ibuku dengan iklasnya menyiapkan lontong isi ayam untuk saya berbuka puasa saat masih kuliah dulu menjadi kenangan indah tak terlupakan.
Kuliah Sore
Saya dulu pernah kuliah sore hingga malam hari.
Uang harian dari Bapak dan Ibu cuma cukup buat ongkos dan jajan saja.
Itu saja saya sudah malu karena belum bisa membantu kebutuhan keluarga dengan segera bekerja.
Suatu pagi di bulan Ramadan Ibu saya bertanya dengan indahnya: “Nanti mau ibu buatkan lontong isi Ayam?
Buat buka puasa di kampus?”. Saya tahu membuat lontong pasti membutuhkan waktu ekstra.
Saya mau bilang tidak usah, tetapi ibu memang ingin buat lontong isi ayam hari ini buat buka puasa Bapak dan Adik-adikku juga.
Jadilah saya bilang “Iya bu, mau banget”.
Alhamdulillah, lontong isi ayam Ibu selesai dan siap dibawa saat saya mau mulai berangkat.
Suka cita hati Ibu melihat dia bisa menyelesaikan lontong isi ayam itu tepat waktu.
Dengan penuh sayang Ibu kembali bertanya, “Mau bawa berapa lontongnya?”
Saya bilang “Dua aja cukup Bu”.
“Benar ni dua saja cukup? tidak mau bawa tiga?”, kata Ibuku.
“Dua cukup Bu, kan cuma untuk membatalkan puasa saja. Nanti malam habis pulang kuliah baru makan lagi”.
Azan Magrib Begitu Syahdu
Setiba di kampus dan saat azan magrib berkumandang, saya nikmati bekal dari ibunda tersebut.
Ada rasa senang, sedih dan bangga bercampur jadi satu saat makan lontong isi ayam tersebut.
Duduk sendiri di bangku taman dekat gedung kuliah saat malam mulai menyelimuti dan cahaya lampu mulai menggantikan matahari.
Daun-daun pohon yang tadinya gelap menjadi terang kembali terkena cahaya lampu. Kesendirian ini membuat kenangan indah di dalam hati.
Doa Untuk Orang Tua Saya Dan Anda
Keuangan keluarga pasti tergerus sebagian besar untuk biaya kuliah, tetapi Ibuku seorang yang ahli dalam mengatur strategi keuangan.
Saya yakin bahwa ibu pasti kerap kali menghadapi posisi sulit dimana beliau harus membuat prioritas.
Namun, hal itu tidak pernah tampak di raut wajahnya. Kami semua cuma tahu bahwa semuanya beres dan tidak ada masalah.
Ibu saya masih seperti ibu lainnya yang tidak ingin anaknya kelaparan dikampus. Selalu ingin anaknya bisa makan dikampus.
Tidak seperti sebagian ibu zaman sekarang yang lebih suka memberi uang jajan lebih besar ketimbang memberikan bekal makan dari rumah.
Itulah kisah yang kini selalu dapat manis dikenang. Kisah betapa indahnya kasih sayang ibu buat kami semua.
Semoga rahmat Allah selalu menyertainya.
Dan, semoga doa saya buat kedua orang tua dan doa Anda juga untuk kedua orang tua selalu diijabah Allah… Aamiin…
Photo credit: Ian Sane