Cara Menasehati Orang Dan Membuat Mereka Beraksi
Cara menasehati orang rupanya memiliki beberapa taktik yang bisa Anda gunakan agar mereka mau mendengarkan Anda.
Andaikan Anda punya ide bagus dan ingin orang lain mendengarkan Anda, apakah yang Anda lakukan?
Mudah saja, Anda tinggal cerita ke orang lain perihal ide bagus Anda itu dengan harapan orang tersebut mau mendengarkan Anda.
Namun, apa yang harus Anda lakukan bila ternyata orang lain tak mau mendengarkan Anda? Tentu saja, hal ini akan membuat Anda senewen.
Pak David J. Lieberman memberikan tiga faktor utama untuk Anda praktekkan agar siapa pun mau mendengarkan apa yang Anda katakan.
Tiga faktor utama yang dahsyat dan dapat mempengaruhi tersebut adalah (1) emosi, (2) arahan, dan (3) konsekuensi.
Mari kita bahas lebih detail.
3 Faktor Utama Cara Menasehati Orang
#1 Emosi
Sebelumnya, Anda perlu memberikan perhatian bahwa seberapa bagusnya ide Anda, jika Anda tidak mengisinya dengan sesuatu yang bisa membangkitkan emosi mereka maka Anda akan sangat kesulitan untuk membuat orang bergerak sesuai kemauan Anda.
Oleh karena berdasarkan penelitian, setiap kita selalu membuat keputusan berdasarkan pada faktor emosi. Baru setelah itu, Anda akan menggunakan logika untuk membenarkan keputusan Anda tersebut.
Apakah Benar Karena Emosi?
Coba deh, Kita ambil contoh saja membeli motor.
Apakah Anda membeli motor karena sebab logis ataukah karena faktor emosi dulu yang terutama?
Tentu saja yang pertama karena sebab emosional.
Awalnya Anda berpikir punya motor itu asik dan menyenangkan sebab Anda bisa mudah pergi kemana-mana, tak perlu jalan kaki. Ada faktor emosional yang Anda rasakan terlebih dahulu. Bukan begitu?
Kemudian, Anda membandingkan antara merek “A” dan merek “B”? Dan oleh karena sebelumnya Anda tahu bahwa orang tua Anda selalu menggunakan merek “A” maka Anda mau membeli merek “A”.
Contoh lain, bila Anda punya hubungan emosi yang kuat dengan sahabat-sahabat Anda yang lebih banyak menggunakan merek “B” maka Anda akan memutuskan untuk membeli merek “B”.
Lain kata, Anda merasakan tampil beda, maka Anda akan mencari dan melakukan survey terhadap merek “C” motor keluaran terbaru. Setelah itu, Anda putuskan untuk membelinya karena Anda ingin tampil beda dan dikagumi orang lain.
Dari semua keputusan itu, kiranya benar bahwa Anda selalu mengambil keputusan lebih utama karena faktor emosional.
Barus setelah itu, Anda akan gunakan alasan logis untuk membenarkan keputusan Anda.
Bila orang lain bertanya kenapa Anda beli merek “A” Anda bilang bahwa dari segi kinerja motor merek “A” sama kerjanya dengan merek “B”, tetapi merek “A” lebih bagus harga jualnya kembali.
Di lain kesempatan, bila orang tua Anda bertanya kenapa beli merek “B” barulah Anda menjawab secara logis bahwa merek “B” biaya perawatannya lebih murah.
Seterusnya seperti itu, Anda utamakan emosi Anda dulu dalam mengambil keputusan baru kemudian Anda mencari alasan logisnya. Bukan begitu?
Maka dari itu, bangkitkan emosi orang lain saat Anda memberikan nasehat kepadanya. Tentunya emosi tersebut adalah emosi yang bisa membangkitkan motivasi buat mereka untuk mau bertindak.
Emosi dimaksud tentunya emosi yang positif, gembira, senang, suka, kebanggaan, kesenangan dsb.
#2 Arahan
Lebih lanjut, Anda harus berikan arahan yang jelas agar orang lain mau mendengar nasehat Anda.
Penelitian psikologis menunjukkan bahwa selain membangkitkan emosi yang kuat, Anda juga perlu untuk memberikan arahan yang jelas alias peta orang lain untuk melakukan nasehat Anda.
Contoh, Anda ingin agar teman Anda menjadi lebih rajin berolahraga, Anda bisa berikan arahan perihal apa yang bisa dia mulai untuk segera berolahraga.
Dengan demikian, Anda tidak saja menasehati teman Anda untuk rajin berolahraga. Anda juga memberinya arahan jelas bagaimana cara dia untuk memulai olahraga mudah yang bisa segera mereka lakukan.
Jadi, Anda timbulkan emosi betapa hidup sehat itu menyenangkan. Setelah itu, Anda beri juga arahan yang jelas perihal bagaimana mereka bisa memulainya.
Tunjukkan tujuan setelah itu beri mereka peta untuk sampai ke tujuan tersebut.
#3 Konsuensi
Faktor ketiga adalah konsekuensi.
Konsekuensi berarti Anda memberikan apa yang bisa mereka dapat atau apa yang bisa mereka hindari dari melakukan nasehat Anda itu.
Dari berbagai penelitian telah terbukti bahwa jika Anda menambahkan konsekuensi menghindari sesuatu yang “negatif” maka mereka akan lebih mau mendengar Anda.
Dengan kata lain, masukkan konsekuensi negatif bila orang lain itu tidak mau mendengarkan dan melakukan nasehat Anda.
Misalkan kembali kepada contoh diatas, Anda mau teman Anda rajin berolahraga.
Setelah Anda bangkitkan emosi kenapa mereka harus rajin berolahraga, bagaimana arahan untuk mulai rajin olahraga, Anda harus berikan dia motivasi kenapa dia harus rajin olahraga.
Bila Anda bilang bahwa dia harus rajin olahraga biar badan sehat biasanya ini kurang efektif.
Namun, bila Anda bilang dia harus rajin olahraga agar tidak mudah sakit yang mana kalau sakit butuh biaya tak sedikit. Konsekuensi ini biasanya lebih efektif.
Kenapa begitu? Alasannya adalah bahwa orang biasanya akan cepat bertindak untuk menghindari kerugian dari apa yang ada pada dirinya saat ini ketimbang mencari apa yang belum diperolehnya.
Inilah motivasi yang jauh lebih kuat untuk membuat seseorang mau mendengarkan nasehat Anda, begitu kata Pak David.
Oleh karena itu, Anda fokusl pada apa yang bisa mereka hindari dan selamat dari kerugian (yaitu, sakit, uang, tenaga, dll.) daripada apa yang akan mereka “peroleh” dari mendengarkan nasehat Anda.
Faktor Psikologis Tambahan
Taktik membangun emosi, memberikan peta/arahan, serta menjelaskan konsekuensi, Anda bisa menambahkan faktor psikologi berikut biar orang semakin mau mendengarkan nasehat Anda:
- Orang cenderung merespon solusi dengan lebih baik jika mereka yakin bahwa semua ini adalah rencana yang berasal dari mereka. Cobalah untuk mengingatkan seseorang bahwa dialah yang pertama kali memiliki ide atau gagasan nasehat Anda,
- Beri tahu dia juga bahwa cara berpikir baru ini benar-benar konsisten dengan keyakinan dan pemikiran mereka. Jika mereka merasa tidak ada penyimpangan dari apa yang mereka yakini, meraka biasanya lebih mau mendengar Anda,
- Cobalah untuk tidak sombong dengan nasehat Anda. Tidak ada orang sempurna. Dengan kata lain, Anda memulai dengan berkata, “Ada hal-hal yang menurut saya saya tahu dan ada hal-hal yang saya tahu saya tidak tahu. Dan ini adalah sesuatu yang saya tahu saya tahu.”,
- Yang terpenting, ingatlah bahwa antusiasme itu menular. Semakin bersemangat Anda tentang apa yang Anda katakan, mereka akan semakin bersemangat tentang gagasan dan nasehat Anda.
- Oleh karena itu, pendekatan terbaik adalah memberi tahu mereka juga bahwa mereka memiliki keputusan akhir terhadap apa pada akhirnya akan mereka lakukan.yang akhirnya dia lakukan.
Mengatasi Keberatan
Baiklah kita naik sedikit ke soalan bagaimana bila orang yang Anda ajak bicara tetap berpikiran tertutup terhadap apa yang Anda sampaikan alias keras kepala dan selalu keberatan untuk melakukan perubahan.
Pak David juga memberikan beberapa taktik lanjutan yang bisa Anda praktekkan, tetapi sebelum itu hal-hal berikut ini adalah alasan mengapa orang menjadi sulit untuk menerima nasehat orang lain:
1. Pengalaman mereka melakukan sesuatu yang baru ternyata malah membuat sesuatu lebih buruk. Mereka ini adalah orang-orang yang memiliki semboyan bahwa Perubahan Itu Buruk.
2. Mereka baru saja punya masalah dengan Anda. Seberapapun Anda memberikan nasehat yang persuatif tetap saja mereka tidak akan mendengar Anda.
3. Bisa jadi, mereka adalah orang yang tidak punya masalah dengan Anda, tetapi baru saja merasakan bahwa mereka telah dimanfaatkan oleh orang lain. Dalam pikiran mereka, mereka lebih baik tidak mendengar Anda.
4. Yang terakhir, mereka adalah orang yang memang keseluruhan gagasan hidupnya atau konsep dirinya tidak cocok dengannya. Apapun gagasan orang karena konsep diri yang mereka anut, tetap tidak bisa membuat mereka berubah.
Alasan ke-4 sudah pastilah, mau gimanapun Anda tetap tidak bisa mengubah mereka untuk mau menerima nasehat dari Anda karena konsep diri mereka sudah berbeda dengan Anda.
Akan tetapi, jika Anda yakin bahwa penolakan seseorang itu lebih disebabkan oleh faktor 1, 2, dan 3, maka Anda bisa mencoba melakukan 2 (dua) taktik berikut ini.
Taktik I
Mintalah pendapat dari orang lain terlebih dahulu perihal bagaimana pendapat mereka atas suatu ide menurut sikap, keyakinan dan tindakan mereka.
Misalnya, Anda ingin atasan mendengarkan Anda tentang ide baru, Anda bisa berkatakan, “Apakah menurut Bapak pikiran terbuka terhadap gagasan lain merupakan sesuatu yang baik?
Tentu saja semua tergantung pada situasinya, Anda dapat mengajukan pertanyaan yang lebih spesifik untuk menciptakan konsistensi internal dalam diri seseorang untuk bisa menerima gagasan Anda.
Taktik II
Batasi, dalam beberapa cara, atau sebagian, kemampuannya untuk melakukan apa yang tidak ingin dia lakukan.
Tepat sekali. Ketika seseorang keras kepala, itu karena dia tahu bahwa dia dapat melakukan sesuatu tetapi memilih untuk tidak melakukannya.
Jika pilihan selalu terbuka bagi kita, dorongan kita untuk bertindak tidak begitu kuat. Tetapi begitu sesuatu menjadi terbatas — apakah kita benar-benar menginginkannya atau tidak — kita menjadi lebih tertarik padanya.
Sekarang mari kita lanjutkan dengan contoh.
Misalkan ide yang ingin Anda sampaikan kepada atasan Anda adalah bahwa kantor harus mengadakan piknik yang disponsori perusahaan.
Anda berpikir bahwa atasan Anda mungkin menentang gagasan itu sehingga Anda memulai dengan taktik I, seperti, “Menurut Bapak, seberapa penting semangat team bagi kinerja perusahaan?”
Dari situ, Anda bisa melanjutkannya dengan taktik II, di mana Anda mengatakan sesuatu seperti, “Saya yakin teman-teman kantor akan senang pergi outing, tetapi saya rasa kita tidak bisa (a) menentukan apa yang bisa kita lakukan untuk memperoleh izin.
Kira-kira seperti itu, Anda meminta pendapat mereka terleih dulu perihal sikap mereka kemudian Anda meminta mereka untuk memberikan saran bagaimana agar ide itu bisa berjalan.
Nah, Ini semua hendaknya dilakukan bersama dengan enam tip berikut, meskipun Anda tidak perlu mempraktekkan semuanya:
Enam Tip Ampuh
1. Buatlah Mereka Bergerak/Mengubah Posisi
Jika dia duduk, mintalah dia bangun dan berjalan-jalan. Jika dia berdiri, cobalah untuk membuatnya duduk. Hal ini akan mengubah fisiologi tubuh. Keadaan emosi seseorang berhubungan langsung dengan kondisi fisik maka coba gerakan mereka.
2. Berikan informasi tambahan
Kadang kala dengan taktik memberikan informasi baru atau tambahan, orang bisa mengubah keputusan. Sebab secara psikologis, mereka tidak mau dianggap tegas dengan keputusan mereka, tetapi dengan informasi tambahan atau informasi baru mereka bisa merubah keputusan mereka.
3. Usahakan mereka bisa melihat ekspresi mereka
Penelitian menunjukkan bahwa ketika Anda bisa melihat diri Anda sendiri maka Anda biasanya lebih menyadari siapa diri Anda dank arena itu Anda bisa lebih bijaksana.
Coba deh bila Anda belum percaya, coba Anda bujuk orang yang Anda nasehati itu diposisi dimana mereka bisa melihat diri mereka sendiri. Biasanya mereka lebih bisa dibujuk.
Nah, taktik ini biasa dilakukan di tempat-tempat customer service. Beberapa perusahaan sudah mengetahui taktik ini karena itu mereka akan menempatkan cermin besar di depan customer service agar setiap keluhan bisa mereka tangani dengan baik.
Bila Anda datang dengan keluhan, Anda akan menyampaikan keluhan Anda dengan cara bijak karena Anda melihat Anda di cermin dan Anda menjadi lebih bijak karenanya.
4. Bujukan timbal balik
Sesuatu yang sifatnya timbal balik biasanya selalu berjalan sempurna. Tentu saja, timbal balik dimaksud adalah cara-cara yang memberikan manfaat bagi Anda dan orang yang Anda nasehati.
Saat Anda memberikan nasehat Anda, Anda tidak sekedar memberikan nasehat, tetapi Anda juga menyatakan bahwa Anda butuh saran dari orang yang Anda nasehati itu.
Dalam hal ini, Anda mencoba untuk mengubah mereka menerima nasehat Anda dan juga menyatakan bahwa Anda tidaklah sempurna.
Contoh: “Selamat pagi Pak, saya memikirkan tentang apa yang Anda katakan tentang usulan memperbaiki kinerja team dan saya sangat setuju dengan Bapak. Bagaimana pendapat bapak kalau kita melakukan studi banding?”
Biasanya dengan pernyataan seperti ini akan timbal balik yang positif.
5. Argumen 2 sisi
Cobalah untuk memberikan pendapat Anda dan coba juga mau mendengarkan dan mendalami alasan mereka. Anda perlu berada pada dua sisi agar mereka melihat Anda sebagai orang yang mau juga mempertimbangkan pendapat mereka.
Dengan cara ini, Anda akan menemukan bahwa dia bisa lebih lunak dalam pemikirannya dan mau mendengar ide, gagasan, dan nasehat Anda.
6. Jadikan Gagasan mereka
Terakhir, biarkan mereka berpikir bahwa ini semua adalah ide dan gagasan mereka. Dengan cara ini, Anda membuat mereka menjadi lebih bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dan mau menerima bujukan Anda.
Cara Agar Mereka Segera Beraksi
Oke, bilang mereka sudah mau mendengarkan nasehat Anda, bagaimana membuat mereka untuk segera beraksi?
Untuk itu, Anda bisa lakukan 6 (enam) formula berikut untuk membuat orang termotivasi segera beraksi:
1. Batasin Pilihan
Kembali lagi, Anda harus memberikan arahan yang jelas dengan pilihan terbatas sebagai cara menasehati orang perihal ide ataupun gagasan.
Dengan cara ini, orang tersebut tak akan mengalami keraguan untuk mulai beraksi.
2. Berikan Batas Waktu
Bila Anda menginginkan orang yang Anda nasehati segera melakukan aksi berdasarkan nasehat Anda, maka Anda sudah harus juga memberikannya batas waktu agar orang tersebut mau segera bergerak. Terkecuali, nasehat Anda tidak perlu membutuhkan aksi cepat dari orang yang Anda nasehati tersebut.
3. Mulai dengan Aksi kecil
Anda bisa menasehati orang lain dan membuat mereka memulai aksi dengan cara membuat aksi yang ringan terlebih dulu. Oleh karena aksi kecil akan membuat orang yang Anda nasehati mau terus bergerak. Prinsipnya, sesuatu yang sudah dimulai biasanya akan terus berlanjut tanpa ada penolakan berarti.
4. Perlihatkan dengan contoh
Orang akan melakukan aksi bila mereka melihat sendiri bahwa Anda melakukan apa yang Anda nasehatkan ke orang lain.
Oleh karena itu, perliihatkan bahwa Anda juga sudah melakukan apa nasehat Anda tidak hanya sekedar bicara tanpa keyakinan. Ini cara menasehati orang yang baik.
5. Insentif
Sudah pasti, insentif dalam skala tertentu bisa menjadi cara menasehati orang membuat orang mau memulai melakuan aksi.
Bagaimana sahabat sekalian? Apakah menjadi bertambah bingung?
Itu berarti Anda sedang belajar bagaimana memberikan nasehat kepada orang lain agar mereka mau mendengar Anda.
Masih banyak tips-tips dari Pak David J. Lieberman lainnya. Kita akan bahas kembali dalam beberapa tulisan kedepan.
Selamat mencoba perihal cara menasehati orang kali ini.
Baca juga:
Image by Anastasia Gepp from Pixabay