Bagaimana Cara Hidup Bahagia?
Bagaimana cara hidup bahagia? Pertanyaan ini kerapkali terlontar dalam hati. Lalu bagaimana jawaban atas pertanyaan tersebut?
Hidup bahagia itu kalau punya banyak harta, ketenaran, kecantikan, kesehatan, kecukupan dan lain sebagainya.
Lain jawaban lagi, Anda bahagia kalau bisa jalan-jalan ke luar negeri, berpetualang, banyak liburan, anak-anak sehat, anak-anak sukses dan macam-macam lagi yang lainnya.
Banyak versi jawaban meskipun semua jawaban perihal definisi bahagia itu menurut pak Daniel Kahneman, seorang ekonom dan peraih penghargaan nobel dunia, sebenarnya hanya berkutat pada 2 (dua) sisi saja, yakni (1) “pengalaman” dan (2) “ingatan” Anda.
Pengalaman Dan Ingatan
Hal tersebut disampaikan pak Daniel Kahneman dalam suatu presentasi apik di Ted.com.
“Pengalaman” bicara perihal bagaimana Anda bahagia “dalam” kehidupan Anda sedangkan “ingatan” akan bicara perihal bagaimana Anda bahagia “dengan” kehidupan Anda.
Sisi “Pengalaman” merupakan sisi yang akan terus menerus mengalami peristiwa sambung menyambung di dalam kehidupan Anda.
Sementara itu, sisi “ingatan” adalah sisi yang senantiasa bercerita dan mengambil kesan atas apa yang Anda rasa dan alami.
Di dalam kehidupan Anda akan banyak “pengalaman” yang Anda rasa dan Anda lalui, tetapi hanya sedikit yang bisa Anda “ingat”.
Dari semua yang Anda “ingat” itupun hanya bagian akhir dari cerita saja yang boleh jadi paling Anda “ingat”.
Suatu waktu Anda merasakan bahagia, tetapi hanya karena kesan di akhir yang tidak sesuai keinginan Anda maka rasa bahagia itu tidak ada lagi.
Contoh, pada saat Anda menonton pertunjukan musik secara langsung. Sepanjang pertunjukan Anda menikmati, senang dan merasa bahagia menyaksikannya.
Akan tetapi, bila di akhir pertunjukan ada kejadian yang tidak menyenangkan Anda, misalkan ada suara fals dari sang penyanyi, maka Anda merasa tidak bahagia terhadap keseluruhan pertunjukan.
Padahal suara fals hanya sedikit bagian saja bukan keseluruhan bagian, dan kesan yang rusak di akhir itulah yang Anda ingat.
Bahagia pun menjadi kompleks dan rumit karena Anda akan sulit untuk mengukur sisi “pengalaman” dan “ingatan” secara bersamaan.
Anda bisa menjawab perihal seberapa bahagia Anda dalam menjalani hidup Anda (sisi “pengalaman”), tetapi hal tersebut belum tentu menjawab seberapa puas Anda terhadap hidup Anda (sisi “ingatan”), begitu lebih lanjut kata pak Daniel Kahneman.
Hidup Bahagia Akan Serba Relatif
Bila Anda menjawab bahagia adalah saat mana Anda bisa sering jalan-jalan ke luar negeri. Anda mungkin sedang menjawabnya dari sisi “pengalaman”.
Meskipun Anda belum pernah ke luar negeri, Anda bisa mengambarkan bagaimana yang akan Anda alami itu. Lalu apakah ada jaminan bahwa saat Anda nanti bisa jalan-jalan keluar negeri bahagia pasti didapat?
Atau, saat Anda menjawab bahwa bahagia adalah saat Anda punya banyak uang. Anda mungkin sedang menjawabnya dari sisi ‘ingatan” Anda.
Ada jejak memori tertentu ketika Anda sedang banyak uang Anda merasa semua jadi mudah dan menyenangkan. Tapi, siapa yang bisa menjamin bahwa begitu Anda punya banyak uang maka Anda pun pasti bahagia?
Bisa jadi, salah satu sisi akan lebih mendominasi. Terutama saat Anda dihadapkan pada keadaan dimana harus mengambil keputusan.
Contoh, bila Anda harus memutuskan untuk memilih dokter A atau dokter B untuk berkonsultasi perihal penyakit anak Anda, maka Anda cenderung akan memilih dokter yang menurut Anda paling enak diajak berkonsultasi meskipun itu cuma kesan yang Anda dapat dari “ingatan” Anda.
Menyimak apa yang dikatakan oleh pak Kahneman perihal sisi “pengalaman” dan “ingatan”, lalu dimanakah sesungguhnya kebahagian sejati?
Nasihat Para Arif Cara Hidup Bahagia
Ternyata dari beberapa nasehat para orang arif, bukan “pengalaman” atau “ingatan” yang menjadi penentu biar hidup bahagia.
Sebab, keduanya itu masih berputar-putar saja di pikiran Anda. Sebagaimana Ibnu Athaillah bilang dalam Al Hikam:
“Jangan kamu berpindah dari satu hal alam kepada hal alam yang lain. Jika demikian kamu adalah umpama keledai yang berputar mengelilingi penggilingan, dimana ia menuju ke satu tujuan, tiba-tiba ia kembali kepada tempat mulainya. Hendaklah engkau melintasi sempadan alam dan menuju kepada pencipta alam. Sesungguhnya kepada Tuhanmu puncak segala tujuan” (Al Hikam, risalah ke 51).
Kebahagian hakiki ada pada hubungan dengan Tuhan, sebagaimana Syech Abdul Qadir Jaelani bilang dalam Futuh Ghaibnya:
“Sesungguhnya, kenyamanan hakiki terletak pada hubungan sempurna dengan Allah SWT, penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Bila kau lakukan hal ini, niscaya kau terbebas dari dunia ini, dan kepadamu dilimpahkan rahmat, kebahagiaan, kebajikan, kesejahteraan, dan keridhaan-Nya”.
Mungkin, bila ada rahmat itu maka apa yang digambarkan Jalaludin Rumi ini bisa dialami:
“Ketika sedih, aku bersinar bagaikan bintang pagi, Ketika patah hati, hakekatku justru tersingkap sendiri, Ketika aku diam dan tenang seperti bumi, tangisku bagaikan guntur yang menggigilkan surga di langit tertinggi.”
Oleh sebab, itu meluangkan waktu untuk diam meditasi atau berzikir sangat dianjurkan yah.
Semoga ada rahmat Tuhan untuk kita semua. Aamiin.
Photo credit: Pixabay