3 Pendidikan Karakter Anak Kelas Dunia
Bila Anda bertanya perihal pendidikan karakter anak kelas dunia ada dimana maka sistem pendidikan di Finlandia-lah yang lagi nomor satu.
Jadi bukan pendidikan di Amerika, Jepang atau Jerman yang nomor satu, tetapi di Finlandia.
Bayangkan, tingkat kelulusan SMA mereka adalah 93%. Coba bandingkan dengan Canada yang hanya 78% dan Amerika yang hanya 75%.
Nilai skor mereka paling tinggi dari seluruh negara-negara di dunia menurut standar PISA.
Kenapa mereka bisa menjadi yang terbaik?
Di Finlandia, anak-anak baru boleh sekolah setelah berusia 7 tahun dan ini agak berbeda dengan beberapa negara lain.
Mereka belajar selama 45 menit dan kemudian istirahat selama 15 menit bukan dari pagi sampai siang atau setengah sore.
Tidak ada pekerjaan rumah untuk para siswa dan tidak ada sistem ranking.
Setiap siswa yang punya masalah akan segera ditangani oleh para guru dengan cepat dan baik.
Kerennya lagi, sistem pendidikan di Finlandia tidak mengenal adanya ujian nasional.
Sementara itu, para guru justru difasilitasi oleh pemerintah bahkan dibiayai untuk bisa meraih gelar master.
Gaji mereka masuk jajaran tertinggi dan memiliki pengakuan profesi layaknya profesi seorang dokter dan pengacara.
Namun, sebenarnya ada 3 karakteristik pendidikan utama yang dijunjung tinggi oleh Finlandia dan merupakan point penting kenapa sistem pendidikan mereka bisa begitu baik.
Hal ini diungkapkan oleh Sir Ken Robinson, seorang advisor pendidikan dunia, yang mungkin belum banyak orang tahu.
Mari disimak ketiga karakteristik tersebut, siapa tahu kita bisa terapkan langsung paling tidak dengan memulainya dari dalam keluarga kita terlebih dahulu.
1. Pendidikan Menghargai Keunikan
Setiap orang punya keunikan dan berbeda antara satu dengan lainnya. Coba perhatikan di dalam keluarga Anda, pasti ada beda antara satu dengan yang lainnya meskipun mereka saudara kandung.
Masing-masing memiliki potensi kekuatan yang berbeda. Oleh karena itu, pendidikan yang baik sangat menghargai adanya keunikan ini. Dan, pendidikan pun selalu diarahkan untuk punya bobot yang sama dalam mata pelajaran seni, sains, humaniora dan olah jasmani agar masing-masing anak tahu dimana kekuatannya.
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Abah Rama, seorang penemu talent mapping, bahwa setiap orang itu memiliki karakter yang berbeda. Masing-masing diciptakan untuk tugas tertentu oleh Sang Maha Pencipta dan telah dibekali dengan kekuatan sesuai dengan tugasnya itu.
Bila dia melakukan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan kekuatannya maka dia bisa mengerjakan tugas tersebut dengan mudah, senang dan baik hasilnya.
Tidak perlu dipaksakan untuk sama dengan kebanyakan orang karena prinsip yang menyatakan bahwa “kalau orang lain bisa maka saya juga bisa” itu sebenarnya belum tepat.
Yang benar dan tepat adalah “kalau orang lain bisa dan saya memiliki kekuatan yang sama dengan orang tersebut maka saya pun bisa!“. Begitu kata Abah.
2. Pendidikan Karena Keingintahuan
Setiap orang secara alami merupakan pribadi dengan rasa keingintahuan yang tinggi. Jika Anda bisa membangkitkan rasa keingintahuan pada anak-anak maka mereka akan belajar tanpa diperintah. Anak-anak adalah pembelajar alami. Keingintahuan mereka adalah mesin prestasi. Jadi jangan matikan keingintahuan mereka. Ajari mereka untuk gemar bertanya.
Hal ini juga didukung oleh Septi Peni Wulandari, pendiri ibu profesional dan penemu jaritmatika, yang menyatakan bahwa anak-anak harus memiliki Intelektual Curiousity yang baik. Ajari mereka untuk gemar bertanya, buat pertanyaan banyak-banyak karena bertanya akan menjadikan mereka selalu mau belajar dan belajar dengan penuh semangat.
3. Pendidikan Dengan Kreativitas
Setiap orang pada dasarnya adalah pribadi yang kreatif, tetapi jangan berpikiran bahwa kreativitas adalah sesuatu yang bebas tanpa struktur.
Kreativitas adalah bagaimana cara Anda melakukan sesuatu berdasarkan ide original yang memiliki nilai. Mencari cara baru untuk melakukan sesuatu dalam kegiatan apapun dan dalam bidang apapun juga merupakan proses kreativitas.
Tidak itu saja, kreativitas juga merupakan proses untuk melakukan evaluasi kinerja. Kalau Anda bekerja sebagai koki misalkan, Anda akan terus mencari dan mengevaluasi apakah masakan Anda sudah sesuai dengan selera orang? Apakah hanya begini saja tampilan dan rasanya? Adakah cara yang bisa dilakukan lagi untuk membuat orang tidak bosan terhadap masakan ini? Itu juga merupakan proses kreativitas.
Pendidikan yang baik mengajarkan kreativitas. Jangan lagi hanya sekedar memberikan jawaban, tetapi coba ajarkan anak-anak keberanian untuk mencari tahu jawaban ataupun cara-cara baru dalam menghasilkan sesuatu.
Kreativitas akan membuat mereka siap menghadapi tantangan di masa depan, lebih berani dan percaya diri.
Wow, sungguh suatu nasehat dan masukan yang sangat berarti dari Sir Ken Robinson perihal bagaimana Finlandia bisa menjadi nomor satu dalam pendidikan.
Mari kita ingat lagi ketiga pendidikan karakter anak.
Karakteristik tersebut yakni, menghargai keunikan, jangan matikan keingintahuan dan cobalah untuk mengajar dengan kreatif dan mengajarkan kreativitas.
Dan, andaikan itu semua dilakukan dengan selalu memegang teguh ketersambungan kepada Sang Maha Pencipta tentunya akan penuh rahmat, barakah dan keselamatan. Jangan lupa bangun juga akhlak mulia sebagai pondasi dari itu semua.
Baca Juga : Pesan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Semoga bisa kita terapkan ya terkait dengan pendidikan karakter anak. Aamiin.
One Comment
Perspektif
Menarik memang ketika Finlandia menjadi kiblat untuk pendidikan saat ini. Jadi tergoda untuk tinggal di Finlandia. Karena itu sepertinya masih jauh api dari panggang, maka pertanyaan berikutnya adalah apakah sistem seperti itu cocok untuk diterapkan di Indonesia secara mentah-mentah. kalau cocok, pertanyaan selanjutnya apakah Pemerintah kita mau menerapkannya?