Pasrah Berbuah Kemudahan
Pasrah pada Allah adalah sedikit cerita yang mau saya share kali ini.
Kita semua pasti pernah mengalami antrian. Antrian tertib dan rapi dengan pelayanannya cepat dan professional selalu menjadi dambaan. Antrian panjang dengan pelayanan lambat dan tidak ramah rasanya lebih baik dihindari.
Pekerjaan mengantri yang mau tidak mau harus selalu kita hadapi dalam kehidupan ini adalah kegiatan pengurusan dokumen di suatu instansi tertentu. Salah satunya adalah pengurusan pasport.
Pekerjaan yang harus kita lakukan dalam siklus 5 tahunan sekali ini kembali saya harus alami beberapa hari lalu.
Cerita kali ini bukan perihal bagaimana Anda mengurus pasport dan segala persyaratan lainnya, tetapi sekedar berbagi pengalaman bagaimana sesungguhnya kemudahan itu ada dari sikap positif kita.
Awalnya, teman saya dikantor meminta pasport saya untuk pembukaan rekening bank di luar negeri. Rasa malas mulai datang karena kebetulan pasport saya habis masa berlaku jadi terlebih dahulu harus buat pasport lagi ke kantor imigrasi.
Cerita Mau Buat Passport
Nanti saja deh. Saya belum ada keinginan untuk cepat-cepat pergi ke sana. Pasport memang perlu untuk urusan kantor, tetapi saya kok masih malas untuk pergi ke sana. Saya cuma bersikap pasrah saja, menunggu sampai benar-benar ada keinginan yang kuat untuk pergi ke sana. Ke kantor Imigrasi.
Seiring dengan itu, saya juga mulai berusaha untuk mencari-cari informasi perihal pembuatan pasport baru. Maklum pengurusan pasport hanya kita lakukan sekali dalam 5 tahun. Sudah lumrah, bila terjadi perubahan dalam prosedur dan pelayanan.
Mulai deh cari-cari info ke teman-teman kantor. Ada kontak biro jasa, tetapi kok tarifnya mahal. Ya sudah, lebih baik urus sendiri daripada harus pakai perantara.
Dengar-dengar pengurusan pasport sekarang ini sudah bisa online.
Saya cari tahu lagi ilmunya biar tidak tersesat. Alhamdulillah diberikan kemudahan. Ada rekan kerja yang baru saja melakukan perpanjangan pasport dengan sistem online. Saya bisa tahu caranya dari dia.
Ternyata yang dimaksud online cuma di pengisian dokumen dan penentuan hari kedatangan. Selebihnya, saya tetap harus pergi ke kantor imigrasi untuk tetap difoto dan sidik jari. Dalam hati kembali berkata, “saya memang harus tetap antri nih!”.
Entah mengapa dorongan untuk mulai mengisi formulir di komputer secara online lama-lama semakin kuat. Saya lakukan itu semua dengan perasaan santai saja. Semua berjalan tanpa beban.
Pikiran saya kembali negatif saat harus bayar biaya pembuatan pasport ke bank. Pasti antri lagi.
Apa mereka tahu bahwa saya mau bayar pembuatan pasport, apa mereka bisa beneran menerima pembayaran itu? Ah, sudahlah. Saya kuatkan niat saja dengan tetap berkeyakinan positif.
Bebaskan Pikiran Negatif
Alhamdulillah ada kemudahan lagi. Suasana bank beneran sepi. Sang teller bahkan sempat berkata,”Wah bapak bisa isi formulir online. Biasanya suka banyak kasus error pak”. Dengan berpikiran positif terbukti ada kemudahan.
Namun, kegalauan terjadi lagi saat harus memilih hari kedatangan ke kantor imigrasi.
Pilihan hari jatuh pada hari dimana ibu mertua saya harus diantar ke dokter. Apa mau dikata, saya pilih saja hari itu dengan kepasrahan apapun yang terjadi kita lihat saja nanti.
Alhamdulillah ternyata ada kemudahan lagi. Ibu mertua saya tidak jadi pergi karena dokternya ada seminar. Dengan demikian, saya bisa jalan pagi-pagi sesuai rencana.
Rencana mau pergi jam 5.00 pagi mundur jadi jam 5.20 karena beberapa hal.
Pikiran saya jadi negatif lagi. Bisa-bisa saya kesiangan dan dapat nomor gede kalau begini caranya.
Namun, cepat-cepat saya ganti pikiran negatif saya itu dengan kepasrahan. Semoga jalanan tidak macet. Apapun yang terjadi biar saja. Semoga diberi kemudahan lagi nanti.
Antrian orang memang sudah panjang saat saya tiba di kantor imigrasi. Anehnya, pikiran saya tidak berkata apa-apa lagi disitu.
Cuma makin pasrah saja. Mau dikata apa lagi sudah sampai disini. Biar saja yang terjadi terjadilah.
Alhamdulilah, benar-benar ada lagi kemudahan itu. Saya bisa dapat antrian nomor 7 saat masuk ke dalam karena antrian untuk pemohon online tidak begitu banyak hari itu.
Sistem pelayanan kantor imigrasi sudah one stop services. Saya mulai jam 7.30 dan sudah bisa pulang jam 9.12. Lumayan cepat. Bisa kembali ke kantor sebelum sholat jum’at.
Satu hal dapat saya simpulkan terjadi pada saat mau melakukan sholat Jum’at.
Para pakar kekuatan pikiran selalu berkata bahwa Anda menjadi apa yang Anda pikirkan.
Coba Untuk Mengalir Saja
Jangan banyak berpikiran negatif. Kalau pikiran Anda selalu negatif maka kesulitan yang Anda dapat. Sebaliknya bila Anda mau selalu positif maka kemudahan akan datang menghampiri.
Pengurusan passport saya lancar meskipun awalnya ada lintasan-lintasan pikiran negatif.
Dari awal, saya tunggu saja dorongan untuk ke kantor imigrasi biar makin kuat makin mantap perginya.
Oleh karena itu, saya cari dulu ilmunya biar mudah jalannya. Dari awal segala pikiran negatif kita kesampingkan.
Kuatkan apa yang kita mau dan pasrah pada Allah saja perihal apa yang terjadi.
Nah, pertanyaan selanjutnya siapa yang mengerakkan dan memberikan kemudahan itu?
Terjadi tiba-tiba dan kebetulan saja?
Tentu saja semua terjadi karena Allah Yang Maha Kuasa. “Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku…”, begitu kata hadist riwayat al-Bukhari dan Muslim bukan?
Pasrahlah seperti pasrahnya alam bergerak menurut maunya Allah, maka Anda akan selalu merasakan kemudahan dalam melakukan sesuatu.
Cepat-cepat ganti pikiran negatif dengan positif dengan doa Anda dengan harapan kebaikan. Sudah itu pasrah dan berserah diri saja.
Suatu pengalaman yang kadang lupa kita sadar dan syukuri untuk pasrah pada Allah.
Demikian, para sahabat semua berbagi cerita perihal pasrah pada Allah.
Anda pernah mengalami hal yang sama seperti saya? Keinginan untuk menulis pengalaman kali ini semoga membawa manfaat untuk kita semua.
Photo credit: Pixabay